INTEGRASI KURIKULUM PENDIDIKAN
PESANTREN SALAF DAN KHALAF
(Studi Komparatif Terhadap Pesantren Aida Tugujaya dengan
Pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga)
Lempuing, Oktober 2015
Oleh : DARUL ABROR, M.Pd.I
Alamat : Jln Raya Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk
Kp. III Rt 20 Kec Lempuing Jaya Kab OKI
Email : masdaru1909@gamil.com
Hp. O85669420307
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis langkah-langkah integrasi kurikulum, perbedaan identitas kurikulum pada pesantren salaf AIDA Tugujaya dan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, baik pada formulasi, kekuatan dan kelemahannya, faktor penghambat dan pendukungnya serta peneliti berupaya terhadap integrasi kurikulum tersebut sekaligus mencoba mengintegrasikan kurikulum tersebut menjadi kurikulum model baru dalam pendidikan pesantren.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan data diperoleh dengan metode triangulasi (gabungan) yakni dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi yang kemudian diklasifikasikan pada dua sumber data yakni data primer dan sekunder. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data interaktif.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, terdapat empat identitas perbedaan kurikulum pesantren salaf AIDA Tugujaya dengan Pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, pertama, pada formulasinya, pesantren Salaf AIDA Tugujaya diformulasikan dalam bentuk kurikululum klasik dengan meggunakan sistem dan metode sorogan,bandongan atau wetonan yang terintegratif tingkat lokal. Sedangkan pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga menggunakan sistem kurikulum terpadu (integrated curriculum) baik kurikulum Pondok Khalaf Gontor, Pondok Darussalam Jakarta dan Ma’ahid Islamiyah dalam dan luar negeri, antaralain Kairo, Syiria dan Madinah dengan metode yang fleksibel. Kedua, pada kekuatan dan kelemahan kurikulumnya, kurikulum pesantren Salaf AIDA Tugujaya lebih sederhana, membutuhkan waktu yang sedikit, efisien, penguasaan keilmuan agama yang lebih. Adapun kelemahannya, kurangnya strategi pengembangan materi klasik dan SDM yang belum menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi dalam pesantren. Sedangkan pada kurikulum pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga memiliki kekuatan terintegratif tingkat internasional, sesuai dengan kebutuhan santri dan perkembangan zaman, fleksibel, inovatif, signifikan serta kontemporer. Adapun kelemahannya terdapat biaya yang mahal, memiliki pengetahuan agama kurang luas, kesenjangan sosial bagi santri reguler dan RMBI, serta implementasi program yang kurang kurang terorganisir.
Ketiga, Pesantren Salaf AIDA Tugujaya memiliki faktor pendukung kurikulum antaralain pengalaman akademik salafi kiai, tingkat tawādlu’ santri yang tinggi, efektifitas keorganisasian pengurus asrama, kuatnya tradisi dan metode yang istiqomah serta terbantunya ekonomi pesantren dari donatur. Sedangkan faktor penghambatnya antaralain metode kurang terinovatif, nikah usia dini, fasilitas yang terbatas, minimnya biaya, keterbatasan sumber daya manusia. Berbeda dengan pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, terdapat faktor pendukung kurikulum antara lain perencanaan yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan zaman, metode yang fleksibel, fasilitas yang lengkap, pengalaman akademik internasional pendidik, komunikasi efektif dengan pesantren dan Negara maju, serta manajemen yang demokratis. Adapun faktor penghambatnya antaralain tenaga pendidik yang belum merata sesuai keilmuannya, kesenjangan sosial santri, membutuhkan banyak waktu dan meninggalkan tradisi klasik pesantren.
Keempat, Pada langkah-langkah integrasi kurikulumnya, pesantren Salaf AIDA Tugujaya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang lebih sederhana. Sedangkan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, integrasi kurikulumnya dilakukan dengan sistematis dan demokratis. Selain itu, peneliti juga berupaya agar kurikulum terintegratifnya lebih maksimal, pesantren AIDA Tugujaya agar mengembangkan pada aspek muhaddasahnya sedangkan pesantren Raudlatul ‘Ulūm pada penguasaan Qowā’idnya dengan tetap mempertahankan hal lama yang baik.
Kata Kunci: Integrasi, Komparatif Kurikulum, Pesantren Salaf, Pesantren Khalaf.
Pendahuluan
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddīn) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari. (Mastuhu,1989 hlm.14).
Pendidikan salaf lebih mengutamakan ajaran-ajaran yang lebih dominan pada penguasaan kitab klasik atau kitab kuning yang sering disebut dengan kitab gundul, masih diberlakukannya sistem pengajian sorogan, dan wetonan, bandongan dalam proses kegiatan belajar mengajar santri, masih memperkenalkan sistem jenjang kelas disebut juga dengan sistem klasikal namun materi pelajaran tetap berfokus pada kitab-kitab kuning atau kitab klasik, dan hubungan emosional kyai dengan santri di pesantren salaf jauh lebih dekat dibanding pesantren khalaf. Hal ini karena kyai menjadi figur sentral, sebagai edukator karakter, pembimbing rohani dan pengajar ilmu agama.
Sedangkan pondok pesantren khalaf mengikuti berbagai perkembangan zaman yang ada, baik sistem, teknologi, fasilitas, metode pembelajaran dan dan termasuk lebih utama pada kurikulumnya. Sekarang sudah banyak pesantren yang berbasis khalaf yang berkembang di Indonesia. Dengan demikian, pesantren khalaf ini tidak mengadopsi tradisi-tradisi pesantren salaf seperti metode pembelajaran bandongan, sorogan, lalaran serta kurikulum kitab-kitab kuning atau klasik, akan tetapi lebih dominan terhadap strategi yang lebih aplikatif dan lebih banyak menggunakan modul maupun ringkasan materi pada pelajaran yang disampaikan. Disisilain, memang pesantren khalaf dikemas lebih mengutamakan potensi yang siap terjun dan seimbang dengan perkembangan zaman baik tingkat Nasional maupun tingkat Internasional. Ada sebagian pesantren khalaf yang tetap tidak meninggalkan secara menyeluruh tradisi pesantren baik dalam kurikulum maupun sistem dan metodenya yang dipakai dalam pesantren salaf. Akan tetapi pendidikan di pesantren khalaf kurang fokus terhadap permasalahan etika antara seorang santri dengan seorang kyai serta kurang begitu menguasai pengetahuan pendidikan agama Islam secara menyeluruh terutama ilmu alat atau nahwu, karena hanya beberapa ilmu agama saja yang diajarkan di pondok khalaf dengan sitem dan metode yang lebih fleksibel dan sesuai dengan perkembangan atau tuntutan zaman.
Sesuai dengan realita di atas, kurikulum pendidikan pesantren salaf dan khalaf terdapat beberapa kelemahan dan penghambat baik pada perencanaan, implementasi serta evaluasi kurikulumnya dibalik eksistensi pendidikan pesantren tersebut. Selain itu, pesantren salaf dan khalaf juga masih memiliki kekurangan dan kelemahan dalam melakukan upaya pengembangan kurikulum guna menyesuaikan perkembangan dan tuntutan zaman. Hal ini dapat dilihat dengan out put atau alumni dari pesantren salaf AIDA Tugujaya dengan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, pada pesantren salaf AIDA Tugujaya, santri lebih menguasai dasar-dasar pembelajaran atau qowā’id nya daripada muhādasah atau penguasaan percakapan khususnya dalam kategori bahasa arab. Sebaliknya, pada pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm lebih mengutamakan penguasaan muhādasah atau penguasaan percakapannya daripada penguasaan dasar atau qowā’id nya, dan hal ini dapat dilihat pula pada sistem kurikulum agamanya 50%.
Dengan demikian, adanya gejala-gejala kurikulum pendidikan pesantren salaf AIDA Tugujaya dan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga tersebut di atas, peneliti ingin meneliti lebih jauh, tentang formulasi, kelemahan, faktor penghambat serta upaya pengembangan kurikulum pendidikan pesantren yang terlihat masih belum maksimal. Maka peneliti mengangkat judul “Integrasi Kurikulum Pendidikan Pesantren Salaf dan Khalaf: Studi Komparatif Terhadap Pesantren Salaf AIDA Tugujaya dengan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga”.
Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk mengetahui perbedaan indentitas kurikulum pesantren salaf dan khalaf, baik formulasi kurikulum, kelemahan dan kekuatan, penghambat dan pendukung serta upaya yang dilakukan dalam mengintegrasikan kurikulumnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menempatkan diri sebagai instrumen utama ( the key instrument). Dengan demikian, peneliti dapat menilai keadaan dan mengambil keputusan terhadap sesuatu dari informasi yang diperoleh tentang perbedaan identitas kurikulum pesantren salaf AIDA Tugujaya dengan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga.
Objek penelitian
Penelitian ini dilakukan di pesantren salaf AIDA Tugujaya Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga Kabupaten Ogan Ilir. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari informan dengan cara wawancara mendalam, obsevasi dan dokumentasi. Dengan demikian, informan merupakan sumber data utama bagi penulis untuk memperoleh data selama penelitian.
Sumber Data
Adapun sumber data yang dipergunakan diklasifikasikan pada dua sumber data yakni data primer dan sekunder.
- Sumber data primer, penulis dapatkan dari beberapa unsur antaralain, Pengasuh atau Mudir, Pudir Bidang Akademik, Ustāz pengampu pelajaran pesantren, pengurus asrama dan santri pada pesantren Salaf AIDA Tugujaya Pondok dengan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm
- Sumber data sekunder, penulis dapatkan dari dokumentasi pesantren, hasil penelitian dan sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi. (gabungan). Triangulasi yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan atau stimulan (Sugiyono, 2007. hal. 8).
Dengan demikian, penggabungan teknik penilitian ini terdiri dari beberapa metode pengumpulan data antaralain metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Metode Observasi dimaksudkan untuk mendapatkan atau menghimpun data secara langsung tentang identitas kurikulum pesantren salaf dan khalaf. Dalam penelitian ini ada beberapa komponen yang di observasi antaralain:
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi
Uraian | Komponen | Sub Komponen | Indikator |
Kurikulum Pesantren salaf dan khalaf | Implementasi Kurikulum Pesantren | Kegiatan Pembelajaran di Pesantren salaf dan khalaf | Tempat Kegiatan Pembelajaran |
Kegiatan Ektrakurikuler | |||
Metode Pembelajaran | |||
Media Pembelajaran | |||
Sumber Belajar | |||
Bahan Ajar | |||
Strategi Pembelajaran | |||
Fasilitas pesantren |
Tabel di atas merupakan komponen-komponen yang diobservasi oleh penulis selama penelitian sehingga observasi lebih sistematis, selektif dan lebih mudah serta efisien waktu. Pada observasi ini penulis mengobservasi secara mendalam pada aspek implementasi kurikulum pesantren antara lain pada tempat pembelajaran di pesantren atau asramanya, fasilitas, metode yang dipakai dalam pembelajaran, bahan ajar yang digunakan, media serta kegiatan ekstrakurikulernya.
Kedua, Metode wawancara, wawancara yang dilakukan berfungsi sebagai metode utama dalam memperoleh tentang identitas kurikulum pesantren salaf AIDA Tugujaya dan pesantren khalaf Raudhatul Ulum Sakatiga baik pada perencanaan, implementasi dan evaluasi kurikulumnya.
Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Sudijono (2012, hal. 82) bahwa wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian adalah wawancara semiterstruktur (Semistructure Interview). Dan untuk mempermudah mendapatkan data dalam wawancara, peneliti menggunakan alat, yaitu handpone untuk merekam proses wawancara selama penelitian.
Ketiga, Metode Studi Dokumentasi. Studi Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan terutama untuk kebutuhan tahap ekplorasi (penjajajakan) dan untuk mengungkapkan data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data berupa dokumen yang tersedia di kawasan penelitian, antaralain : Dokumen-dokumen kurikulum, Profil Pondok Pesantren, Struktur Kurikulum, Data Santri, Data Ustāz, Data Pengurus Pondok serta kegiatan-kegiatan pesantren.
Setelah melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi tentang perencanaan, implementasi dan evaluasi kurikulum pada masing-masing pondok pesantren salaf maupun khalaf, peneliti mencoba untuk menyimpulkan dan mengintegrasikan serta merekomendasikan hasil penelitian guna perbaikan kurikulum yang digunakan pondok pesantren salaf AIDA Tugujaya dengan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga sehingga lebih efektif jika diterapkan dalam pesantren. Adapun kisi-kisinya pada bagan di bawah ini,
Bagan kisi-kisi integrasi kurikulum dan pengembanganya
|
|||||
|
|||||
Denah di atas memiliki substansi bahwa adanya konsep integrasi kurikulum pesantren, antara pesantren salaf AIDA TuguJaya dengan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga yang kemudian integrasi kurikulum tersebut dianalisis oleh peneliti lebih dalam dengan memahami dan menganalisa data dari lapangan kemudian direkomendasikan pada masing-masing pesantren untuk mempertimbangkan hasil penelitian tersebut sebagai bagian dari evaluasi dan perbaikan kurikulum pesantren.
Dengan demikian, selain menganalisis formulasi kurikulum, kelemahan dan penghambat kurikulum serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengintegrasikan kurikulumnya dimasing-masing pesantren, peneliti bermaksud mengembangkan hasil analisis penulis kemudian menjadikan hasil peneltian dari studi komparatif antara kurikulum pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga dengan pesantren salaf AIDA Tugujaya sebagai pertimbangan yang harus di perhatikan oleh pesatren tersebut guna eksistensi kurikulum pesantren mendatang. Penulis melakukan upaya ini pada ke dua pesantren tersebut dengan tetap mempertahankan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik.
Metode Analisis Data
Dalam mengolah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dan berbagai sumber yang relevan, peneliti melakukan beberapa kegiatan diantaranya menghimpun, menyeleksi, serta melakukan pengelompokan semua data yang peneliti peroleh dari berbagai sumber yang dijadikan tempat pencarian data terutama di pesantren salaf AIDA Tugujaya dan pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga.
Data yang terkumpul dianalisis dengan mendeskripsikan. Data yang telah diperoleh dirangkum atau dikhtisarkan atau diseleksi sesuai dengan permasalahan yang diteliti, hal ini biasa dikenal dengan kategori pekerjaan analisis yang disebut reduksi data. Disamping reduksi data, juga diperlukan proses dan kegiatan display data, yaitu penyajian data kedalam sejumlah matriks yang sesuai dengan masalah penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menyimpulkan dan menginterprestasikan data (Faisal, 1995. hlm. 271).
Model yang peneliti gunakan dalam pengolahan dan analisis data adalah analisis data kualitatif dengan menggunakan Interactif model yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1994, hlm. 12). Dari hasil kerja penghimpunan dan penyeleksian, dengan menggunakan model interaktif yaitu, dalam menganalisa data yang diperoleh dilakukan melalui tiga tahapan yaitu data, display data, dan verifikasi data (Usman, 2001. hlm. 86-87). Reduksi data dilakukan dengan memilah data mana yang dibutuhkan dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan untuk dijadikan data pokok dalam proses anaslisis. Sedangkan tahap display data adalah menampilkan kembali data yang telah dikelompokkan dan dipilah sebelumnya untuk keperluan kerja analisa. Sementara itu tahap verifikasi data merupakan tahap diskusi, analisis, kritik dan interpretasi terhadap data yang digunakan dalam kegiatan analisa, untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan. Pada tahap akhir yaitu verifikasi data tersebut dilakukan dengan prosedur analisis, kritis, dan interpretatif. Prosedur analisa merupakan tahap pengenalisaan terhadap data yang ada secara mendalam untuk mendapatkan pemahaman baru terhadap sumber data yang telah ditemukan para ahli.
Secara sederhana prosedur analisis akan dilakukan dengan menggunakan intercaktive model dapat digambarkan sebagai berikut;
Gambar 1 : Componen of Data Analysis Intercative Model
Tujuan penelitian
Agar dalam penelitian dapat mencapai hasil yang relevan sesuai dengan masalah, Maka ada beberapa tujuan dalam penelitian ini. Adapun tujuan penelitian integrasi kurikulum pesantren salaf dan khalaf, yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
- Untuk menganalisis Formulasi Kurikulum Pendidikan Pesantren Salaf AIDA Tugujaya dan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga
- Untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan kurikulum Pendidikan Pesantren Salaf AIDA Tugujaya dan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga
- Untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat kurikulum pendidikan Pesantren Salaf AIDA Tugujaya dan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga.
- Untuk menganalisis langkah-langkah yang ditempuh oleh instansi dalam mengintregasikan kurikulum pendidikannya yakni pada Pesantren Salaf AIDA Tugujaya dan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga.
Hasil dan Pembahasan
Pada sustansinya, identitas kurikulum pesantren salaf AIDA Tugu Jaya dengan Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga memiliki perbedaan yang signifikan, kurikulum pesantren AIDA Tugu Jaya diformulasikan dengan menerapkan konsep dasar kurikulum yang tetap kukuh berpedoman pada ilmu-ilmu salaf, dimana keaslian akidah lebih terjamin ke-aslinya. (Wawancara dengan Ky. Toha Jazuli tanggal 05 Juli 2013). Hal ini sesuai dengan dictum pesantren dan pedoman Nahdlatul ‘Ulamā’ dalam menghadapi perkembangan zaman serta benturan-benturan kultural yang dipandang membahayakan yakni dengan memelihara hal-hal baik yang telah ada sambil mengembangkan hal-hal yang baru yang lebih baik, (al-muhāfadlatu ‘ala al-qodhīmi ash shālih ma’a al akhzu bī al jadīdi al ashlāh).
Pesantren Salaf AIDA Tugujaya menyusun rencana kurikulum sebagai berikut,
Struktur kurikulum pesantren Salaf AIDA Tugujaya
No | Mata Pelajaran | Jenjang Madrasah Diniyah / Mata pelajarannya | ||||
TPA | ‘Awwamil | Al-Jurūmiyyah | ‘Imrītī | Alfiyyah | ||
1. 1 | Iqra’ | ü | ||||
2. 2 | Al-Qur’an | ü | ||||
3. | Mabādi Fiqih | ü | ||||
4. | ‘Aqidatul Awwām | ü | ||||
5. | Fasholatan | ü | ü | |||
6. | Tasrif | ü | ü | ü | ||
7. | ‘Ijul adāb | ü | ü | |||
8. | Sulam Taufiq | ü | ||||
9. | Qowāidul al-’lal | ü | ||||
10. | Ta’līmul al-Muta’alīm | ü | ü | |||
11. | Jurūmiyyah | ü | ||||
12. | Jazāriyah | ü | ||||
13. | ‘Imritī | ü | ||||
14. | Fatkhūl al-Qōrib | ü | ||||
15. | Maqsūd | ü | ||||
16. | Alfiyah | ü | ||||
17. | Bulugh al-Marām | ü | ||||
18. | Fat’ul Mu’īn | ü | ||||
19. | Manteq | ü | ||||
20. | Ekstrakurikuler | |||||
Jumlah Jam | 12 | 12 | 16 | 14 | 16 | |
Sumber : Data adminitrasi pondok pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya |
Secara umum, jumlah jam pelajaran pada struktur kurikulum di atas sama dengan jumlah jam mengajar pada siswa Tingkat Madrasah Tsanawiyah, yakni 35 menit perjam, sehingga dalam sekali pertemuan mencapai satu jam sepuluh menit, bahkan, ada beberapa ustad yang memang sudah terbiasa 3 jam pelajaran, sehingga mencapai 105 menit dalam sekali pertemuan, akan tetapi dari K.H. Toha sendiri menyampaikan kepada seluruh ustad dalam menyampaikan pelajaran tidak terlalu banyak waktu yang penting santri faham atau isi pelajaran tersampaikan pada siswa. Proses pembelajaran dilaksanakan setelah sholat duhur untuk TPA, setelah ‘asyar sorogan bagi santri dewasa dengan materi tingkat alfiyah, kemudian setalah maghrib dan Isya’ untuk jenjang ‘awamil, jurumiyah dan ‘imriti, sedangkan ba’da subuh juga dilanjutkan dengan mengaji kitab jenjang alfiahnya dan beberapa kitab yang sudah dipelajari. Tingkatan TPA dan awamil berada di mushola, jurumiyah bertempat di kediaman Ust Nurrohim yang berada didalam lingkungan pesantren, dan imriti dan alfiyah berada di kediaman K.H. Toha Jazuli.
Berbeda dengan pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, identitas kurikulum pada pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga diformulasikan dengan demokratis dengan melibatkan unsur-unsur penting dalam pesantren, baik dari unsure mudir, kepalasekolah serta bidang akademik dan guru mata pelajaran. Selain iu, pesantren Raudlatul’Ulūm sakatiga juga menggunakan sistem kurikulum terpadu (integrated curriculum) baik kurikulum Pondok Modern Gontor, Pondok Darussalam Jakarta dan Ma’ahid Islamiyah dalam dan luar negeri, antaralain Kairo, syiria dan Madinah terutama pada pengembangannya. Kurikulum Pesantren juga disesuaikan dengan kebutuhan, target serta pencapaiannya dalam bersaing di era global baik di dalam dan di luar negeri. Salah satu sistem yang digunakan dalam implementasi kurikulum tersebut adalah dengan sistem fool day school. Adapun kurikulum tersebut antaralain,
Tabel di atas merupakan kurikulum pesantren pada pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga secara utuh dari mulai lembaga unit terkecil sampai unit terbesar, pada kurikululum tersebut terdapat kesamaan yang dominan yang ada pada setiap unit pendidikan khususnya pada materi al-Qur’an yakni pada mata pelajaran Tahfiz Qur’an, sehingga dari awal memang dididik untuk mencintai al-Qur’an dengan menjaganya atau menghafalnya. Hal ini juga merupakan salah satu trik atau strategi dari pesantren guna menciptakan santri yang hafidz Qur’an dengan sendirinya. Selain itu juga terdapat mata pelajaran prioritas yakni pada penguasaan bahas arab dan bahasa inggris, penguasaan ini digunakan sebagai salah satu alat dalam berkomunikasi dimulai dari dini. Akan tetapi, penulis melihat sesuai dengan implementasinya dan beberapa wawancara dari nara sumber bahwa di pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga masih belum membudayakan untuk berbahasa inggris atau berbahasa arab. Sehingga tampak kurang adanya pengoranisasian bahasa pada tahap implementasi yang dimulai dari Ustaz/ah dan pegurus OP3RU nya. Kurikulum integrasi dalam pondok pesantren Raudlatul ‘Ulūm Saka Tiga dimaksudkan adalah lima puluh persen kurikulum umum dan lima puluh persen kurikulum pesantren atau agama.
Akan tetapi, identitas kurikulum pesantren salaf AIDA Tugu Jaya dan pesantren Raudlatul ‘Ulūm terdapat kelemahan dan kelebihan masing-masing yang pada esensinya masih tetap membutuhkan upaya-upaya yang lebih signifikan dalam proses mengembangkan model maupun strateginya. Untuk itu, ada beberapa upaya menurut penulis dalam menyelesaikan problematika pada penguasaan muhaddātsah pada pesantren salaf AIDA Tugu Jaya, upaya-upaya tersebut antara lain;
- Menjadikan metode muhaddātsah ini menjadi suatu bagian dari sistem pesantren AIDA Tugu Jaya dengan mewajibkan seluruh santri untuk menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi selama di pesantren baik dengan Kyai, Ustaz maupun dengan santri lain.
- Memberikan buku panduan khusus yang berisikan tentang kosa kata dan percakapan-percakapan bagi santri pemula.
- Kyai dan Ustaz melakukan tanya jawab dengan para santri dengan menggunakan bahasa Arab atau mengadakan pelatihan percakapan dua orang santri atau lebih untuk mendiskusikan masalah tertentu dengan menggunakan bahasa Arab, dan ini bisa dikembangkan pada kegiatan muhadlarah dengan menggunakan bahasa Arab.
- Membangun lingkungan yang berbudaya bahasa Arab, dengan cara menulis benda-benda di lingkungan pesantren dengan bahasa Arab.
- Adanya studi integrasi kurikulum dengan Kyai dan pesantren salaf lain yang lebih maju.
Sebaliknya, pada identitas kurikulum pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, sesuai hasil analisis peneliti bahwa terdapat beberapa hal yang signifikan yang menjadi kajian mendalam dan perlu diperkuat pada penguasaan qowā’idnya, sehingga hal ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah antara lain;
- Secara sistem, menjadikan bahasa Arab bahasa sebagai bahasa yang wajib dikuasai secara baik pada muhaddātsah dan juga qowā’id
- Menambah jam pelajaran pada mata pelajaran Bahasa Arab
- Menjadikan pelajaran-pelajaran klasik (jurūmiyah, atau ‘imriti dan alfiyah) sebagai tambahan dan penguat dalam penguasaan keilmuan nahwu
- Adanya pendampingan khusus terhadap santri dengan memperkuat pengetahuan qowā’id dan peningkatan muhaddāsah pada pengurus (OP3RU), sehingga pendekatan struktural ini akan lebih sistematis membantu ustaz dalam memaksimalkan programnya.
- Adanya SDM khusus dan fokus mengajarkan kemampuan qowā’idnya dengan kitab-kitab klasik.
Dengan demikian, maka dapat dilihat bahwa masing-masing pesantren, baik pesantren salaf AIDA Tugu Jaya dan pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga masih perlu upaya-upaya yang terhadap integrasi kurikulumnya agar lebih eksis dan tetap mengutamakan proses pembelajaran santri guna mendapatkan hasil yang mampu bersaing di era global dengan tetap mempertahankan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik. Sesuai hasil peneletian penulis, integrasi kurikulum pesantren tersebut tetap mengedepankan penguasaan qowā’id dan muhaddāsahnya, sehingga terdapat beberapa disiplin ilmu yang dapat dijadikan sebagai kurikulum terintegratif pada pesantren, yakni adanya penguatan bidang qowā’idnya dengan mengimplementasikan jurūmiyah,‘imriti, alfiyah, Tasrif. Sedangkan pada penguatan muhaddāsahnya diberikan materi Mahfuzhot, Imla’, Insya’ dan Qur’an Tahfizh. Serta tetap didampingi dengan budaya dan sistem yang lebih mengedepankan skill penguasan Bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari santri dan ustaznya.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dari berbagai informasi dan data yang dapat penyusun kumpulkan mengenai Integrasi Kurikulum Pesantren Salaf dan Khalaf (Studi Komparatif pesantren AIDA Tugujaya dan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga) antaralain,
Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya telah memformulasi kurikulum pesantrennya dalam bentuk kurikululum klasik dan atau tradisional dengan konsep dasar kurikulum yang tetap kukuh berpedoman pada ilmu-ilmu salafatau tafaqquh fiddien, Adapun formulasi kurikulum pesantren AIDA Tugu Jaya juga mutlak dari Kiainya langsung dengan menggunakan sistem dan metode sorogan,bandongan atau wetonan yang menjadi kewajiban dalam pembelajaran yang diformulasi sebagai bagian dari perencanan, implementasi dan evaluasi kurikulum pesantren AIDA Tugu Jaya. Berbeda dengan formulasi kurikulum pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga dengan sistem kurikulum terpadu (integrated curriculum) baik kurikulum Pondok Modern Gontor, Pondok Darussalam Jakarta dan Ma’ahid Islamiyah dalam dan luar negeri, antaralain Kairo, syiria dan Madinah terutama pada pengembangannya. Kurikulum Pesantren juga disesuaikan dengan kebutuhan, target serta pencapaiannya dalam bersaing di era global baik di dalam dan di luar negeri. Salah satu sistem yang digunakan dalam implementasi kurikulum tersebut adalah dengan sistem fool day school.
Kekuatan dan Kelemahan kurikulum pesantren salaf AIDA Tugu Jaya dengan Pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga memiliki perbedaan yang signifikan. Pertama, Pesantren Salaf Aida Tugu Jaya lebih sederhana, membutuhkan waktu yang fleksibel, efisien dan diformulasikan penguasaan keilmuan agama dan tasawufnya lebih tinggi, lebih dekat dengan kiai dan ustadz, serta menggunakan metode yang istiqomah dan mudah dipahami oleh santri jawa saja, lebih teliti, terarah, dan tetap memprioritaskan produk serta 100% agama. Adapun kelemahannya antaralain kurangnya sumber daya manusia yang pendidikan salafnya sesuai dengan jenjang yang ada dan masih memprioritaskan kelompok. Sedangkan pesantren Kedua, Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga memiliki kekuatan pada kurikulumnya antaralain kurikulumnya sudah terintegratif tingkat internasional, sesuai dengan kebutuhan santri, perkembangan zaman, alumni yang mampu bersaing tingkat internasional, selain itu kurikulumnya juga fleksibel, inovatif, signifikan, dan kontemporer. Adapun kelemahannya adalah menggunakan waktu yang lama, biaya yang mahal, dan memiliki pengetahuan agama kurang luas, kesenjangan sosial bagi santri reguler dan RMBI, memerlukan daya pikir yang kuat dalam belajar, serta budaya bahasa asing yang kurang terorganisir.
Faktor pendukung dan penghambat kurikulum Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya berbeda dengan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, pada Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya terdapat beberapa faktor pendukung antaralain pengalaman akademik salafi kiai, tingkat tawadhu’ santri yang tinggi, efektifitas keorganisasian pengurus asrama, kuatnya tradisi dan metode yang istiqomah serta terbantunya ekonomi pesantren dari donatur. Sedangkan faktor penghambatnya antaralain inovasi metode kurang, nikah usia dini, fasilitas yang terbatas, minimnya biaya, keterbatasan tenaga pengajar yang sesuai dengan jenjangnya. Berbeda dengan pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, terdapat faktor pendukung kurikulum antara lain perencanaan yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan zaman, metode yang fleksibel, fasilitas yang lengkap, pengalaman akademik internasional pendidik, komunikasi efektif dengan pesantren dan Negara maju, serta manajemen yang demokratis. Adapun faktor penghambatnya antaralain tenaga pendidik yang belum merata sesuai keilmuannya, kesenjangan sosial santri, membutuhkan banyak waktu dan meninggalkan tradisi lama yang baik pesantren.
Pada langkah-langkah integrasi kurikulum pesantren memiliki perbedaan yang signifikan juga, jika pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya terdapat otoritas yang besar dari kiai dengan tetap menggunakan pendekatan demokratis. Hal tersebut dimulai dengan menganalisis kebutuhan, studi komparatif kurikulum pesantren asal kiai dan ustadz, kemudian kebijakan kiai sebagai landasan, memberikan inovasi kurikulum dan kemudian mengimplementasikannya. Berbeda dengan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, terdapat beberapa tahapan yang sistematis dan demokratis, antaralain melakukan konsorsium seluruh elemen pendidikan, evaluasi kurikulum, kemudian melakukan studi komparatif kurikulum dengan pesantren khalaf lain dan Negara lain, inovasi kurikulum dan selanjutnya mengadakan kelas eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Abdullah. 2011. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah terhadap Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Burke. Peter. 1993. History and social theory. (diterjemahkan oleh Yayasan Obor Indonesia. IKAPI. Jakarta.
Departeman Agama RI. 2002. Metodologi Pembelajaran di Salafiyah. Departemen Agama RI, Jakarta.
Dhofier, Zamakhsyari. 2011. Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. LP3ES, Jakarta .
Djainuri, Achmad. 2001. Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam. Al Ikhlas, Surabaya.
Drake. Susan M. 2013. Menciptakan Kurikulum Terintegrasi yang Berbasis Standar. Seri Kurikulum Inti. Jakarta: PT. Indeks.
Fananie, Zainuddin. 1934. Pedoman Pendidikan Modern. PT. Arya Surya Perdana. Jakarta.
Galba, Sindu. 1995. Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi. Rineka Cipta, Jakarta.
Ghazali, Bahri. 2002. Pesantren Berwawasan Lingkungan. CV. Prasasti, Jakarta.
Haedari et. al. 2006. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global. IRD Press. Jakarta.
Jalaludin, 1990. “Santi Asromo K.H. Abdul Halim: Studi Tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syahid Jakarta.
Kartanegara, Mulyadhi. 2005. Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik. PT. Arasy
Mizan. Bandung.
Kutoyo, Sutrisno. Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah. Balai Pustaka. Jakarta.
Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Dian Rakyat, Jakarta.
Mastuhu. 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Ciputat : Logos Wacana Ilmu.
Mastukki. 2004. Sinergi Madrasah dan Pondok Pesantren (Suatu Konsep Pengembangan Madrasah). DEPAG RI : Jakarta.
Mayhud dan Khusnurdilo, 2004. Manajemen Pondok Pesantren. Diva Pustaka, Jakarta.
PB NU. 1999. Hasil-hasil Muktamar Nahdlatul ‘Ulamā’. Sekretariat Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulamā’, Jakarta.
Rusli. Ris’an. Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Solichin, Muhammad Muchlis. 201. “Kebertahanan Pesantren Salaf ditengah arus modernisasi pendidikan: Fenoma PondokPesantren Al-Isaf kalabaan, Guluk-guluk,sumenep”. Disertasi pada Program Pasca Sarjana(PPS) Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Sudjana, Nana. 2008. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Sinar Baru Algesindo, Bandung.
Suyitno, 2007. “Matahari Terbit dan Bintang Sembilan: Studi terhadap Pemahaman Muhammadiyah-NU dan Implikasinya terhadap Identitas Politik Islam”. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN ) Syahid Jakarta.
Wahid, Abdurrahman, 2007. Menggerakkan Tradisi: esai-esai Pesantren . Yogyakarta : LKiS Yogyakarta.
Yacub, M. 1984. Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa. Angkasa, Bandung.
Zainiyati, Husniyatus Salamah. 2012. “Integrasi Pesantren ke dalam Pendidikan Tinggi Agama Islam”. Disertasi pada Program Pasca Sarjana(PPS) Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Ziemek, Manfred. 1983. Pesantren dalam Perubahan Sosial. (diterjemahkan oleh Butche B. Soendjojo. Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Jakarta.