
Beberapa waktu lalu, tetpatnya awal Januari 2022, pemerintah Indonesia berencana menghentikan ekspor batubara. Alasannya memang logis, demi memenuhi kebutuhan pasokan energi dalam negeri. Sebab, banyak kalangan yang memprediksi bahwa Indonesia akan kekurangan cadangan energi dalam beberapa tahun mendatang. Jika kita bisa menghemat, atau setidaknya tidak menjualnya kepala dunia luar, maka kita bisa menghemat cadangan energi dan menyimpannya untuk kelangsungan hidup anak cucu kita di hari esok.
Faktanya memang, untuk kehidupan saat ini, rasanya kita tidak bisa hidup tanpa energi. Semua yang berkaitan dengan kehidupna kita saat ini membutuhkan energi, baik dalam bentuk minyak, gas, batubara dan lain sebagainya. Maka, jika energi ini habis, atau tiba-tiba hilang, rasanya kehidupan manusia modern juga ikut serta hilang. Beberapa waktu lalu, negara-negara besar mengalam krisis energi sebagaimana yang diberitakan okezone.com (22/10/2021). Beberapa negara tersebut antara lain China, Amerika Serikat, India, dan belakangan juga Korea Selatan. Negara-negara tersebut keberatan jika ekspor batubara dari Indonesia di stop. Alasannya sama, mereka kekurangan pasokan energi.
Proyeksi ke depannya, krisis energi ini akan terus berlanjut. Jika kita tidak mampu mengelola ketahanan energi ini dengan baik, bisa kacau. Di tengah krisis energi yang melanda dunia, permintaan bahan bakar terus mengalami kenaikan mulai dari gas alam, batu bara, minyak bumi sampai pada minyak sawit mentah atau CPO. Kenaikan sejumlah bahan mentah energi memang berimbas pada kenaikan berbagai komoditas turunanya. Sebab, dari sisi produksi seperti pabrik misalnya, pabrik apapun itu, untuk mengoperasikannya, semua membutuhkan energi. Jika harga energi mahal, maka produk turunanya juga akan ikut mahal.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk bisa menjaga ketahanan energi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, kita perlu memperbanyak kilang minyak sebagai penyimpan energi. Sebab, kemampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan energi lokal masih sangat rendah. Pada tahun 2013 lalu, tempat penyimpanan energi hanya mampu menyediakan pasokan untuk 48 hari saja. Pada tahun 2025 mendatang diproyeksikan turun menjadi 28 hari. Dan ini akan terus semakin berkurang seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi. Maka dari itu, rasa kita perlu membangun lebih banyak lagi kilang penyetok cadangan energi.
Kedua, rasanya kita juga perlu mulai beralih ke penggunaan energi yang berkelanjutan. Sebab kita sadar bahwa penggunaan energi bahan bakar fosil suatu saat akan habis. Sehingga, jika kita mengeksploitasi bahan bakar fosil secara terus menerus, suatu saat nanti, pasti akan habis. Maka dari itu, kita harus mulai memikirkan alternatifnya yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan.
Ketiga, kita perlu untuk menghemat energi. Langkah pemerintah menghentikan ekspor batubara sudah tepat, meski kemudian banyak diprotes oleh beberapa negara lain. Sebab memang kita perlu untuk menghemat energi dan menyimpannya untuk memenuhi kebutuhan energi lokal. Selain itu, secara pribadi, kita harus mulai menghemat dalam penggunaan energi, baik listrik, minyak dan juga gas. Tidak perlu memakai energi secara berlebihan, bahkan kalau bisa, jangan menggunakan energi kalau tidak terlalu membutuhkan.
Sebenarnya masih banyak lagi beberapa hal yang kiranya bisa kita lakukan untuk menjaga ketahanan energi. Namun dalam tulisan sederhana ini, penulis hanya menyebutkan beberapa saja. Kita perlu berkomitmen secara bersama-sama untuk menjaga ketahanan energi, mulai dari diri kita sendiri, pemerintah, lemabaga swadaya masyarakat dan lain sebagainya. Jika semua unsur secara bersama-sama bisa berkomitmen, maka masalah ancaman krisis energi akan bisa kita selesaikan. Semoga!
Oleh Misbahul Munir
Salah satu Staf Pengajar di STAI Ash-Shiddiqiyah OKI
Tulisan ini telah terbit di Surat kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Kamis 10 Februari 2022.